F3m1n1sm3

jujur, gue bukan siapa-siapa dan gak punya ilmu yang banyak untuk komentarin hal kaya gini. gue juga ga research banyak pendapat, penelitian atau kajian dari para ahli, jadi, ini murni pendapat gue aja yang kurang ilmu. Terus kenapa nulis? karena gue nulis di blog gue. gak membahayakan, gak mempengaruhi orang, gak nyampah juga di timeline atau feeds orang. Kalo ada yang baca dan gak setuju, ya wajar banget.

Hal yang melatarbelakangi gue nulis topik ini adalah karena semalem gue baca-baca komentar, postingan dan diskusi beberapa akun feminis yang gue follow di instagram.

Am I labeled myself as a feminist? yes I am

Tapi mungkin kalo standard feminis adalah seperti akun-akun tersebut, mungkin gue bukan termasuk bagian dari mereka.

menurut gue (atau hasil olah pikiran berdasarkan pengalaman, pendidikan, bacaan dan lingkungan), dasar dari feminis adalah kesetaraan. Gender Equality kalo kata UN. Bahwa perempuan berhak dan punya peran yang sama dengan laki-laki dalam keterlibatannya di dunia politik, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, membuat keputusan dll. Gue setuju kalau perempuan harus memahami dan mengamini konsep tersebut. Contoh dasarnya dalam rumah tangga, suami dan istri punya peran yang serupa dalam mengurus anak. Bukan berdalih atas nama "kodratnya perempuan di rumah dan mengurus anak" No, itu tanggung jawab bersama, peran harus dibagi sesuai kesepakatan tanpa ada yang merasa terpaksa atau tersiksa.


gue juga sangat mendukung pengadaan fasilitas umum yang ramah perempuan, seperti gerbong khusus wanita, ruang laktasi, ladies parking dll. siapa yang tidak suka dengan special treatment? we all do.

bagaimana dengan kekerasan seksual/pelecehan seksual? tentu saja itu adalah hal yang SALAH. kesalahan ada pada pelaku. segala tindakan verbal maupun non verbal yang bersifat  melecehkan perempuan itu salah. perempuan yang jadi korban harus dibela tanpa memandang apapun baik status, pakaian, pendidikan, background dlsb,  pelaku pelecehan pun harus dihukum dan diberi sanksi tegas. ga ada toleransi untuk hal ini. women support women.

hal lainnya yang penting dari konsep feminisme adalah kebebasan. Kebebasan mengambil keputusan. misalnya mau menikah atau lanjut sekolah, mau jadi ibu rumah tangga atau wanita karir, mau punya anak atau menunda atau tidak sama sekali. Kemudian  kebebasan yang menurut gue  bisa memiliki beragam pemahaman dan  pengaplikasiannya yaitu kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, kebebasan berpakaian dan kebebasan berperilaku.

kebebasan-kebebasan terakhir yang gue sebut itu MENURUT GUE yang sering disalahpahami.(sekali lagi menurut gue ya) 

kita ini hidup dan besar dari sebuah lingkungan keluarga, dididik melalui berbagai macam lembaga pendidikan, ditanamkan nilai-nilai agama, diatur oleh norma, moral, etika nilai yang dianut masyarakat dan agama tertentu.

Kata "diatur" "wajar" "sesuai norma, adat istiadat" "sesuai ajaran agama" "sesuai sopan santun" ini yang sering banget jadi perdebatan atau dimusuhin abis-abisan sama 'feminis' (ini hanya berdasarkan yang gue baca dan follow ya)

mungkin kalo dideskripsiin agak susah ya, langsung ke contoh kasus aja

misalnya (misal ya, kalo ditanya gue liat case kaya gini di mana, gue udah lupa), ada perempuan yang punya pendapat "bagi saya, hijab/jilbab untuk menjaga saya dari pandangan yg bukan muhrim"
kemudian responnya : Bukan perempuan yang harus pakai pakaian tertutup tapi cowonya yang harus jaga pandangan! cowo kalo emang dasar otaknya kotor ya kotor aja! halah agama dijadiin tameng budaya patriarki! berjilbab berjilbab aja kali ga ada hubungannya sama menjaga diri, emang kalo yang terbuka artinya ga menjaga diri? 

suka speechless, wow nilai-nilai agama pun jadi bahan serangan bagi mereka yang tidak senilai. di sini kadang gue menyayangkan banget. apakah feminis harus anti pendapat/nilai orang lain. Nilai, norma, moral dan etika itu berkembang di masyarakat/ di suatu golongan itu karena alasan. Bukan semena-mena patriarki. ada baiknya perbedaan itu dicari tau dulu "mengapa" -nya

misalnya lagi. yang heboh semalem, gue sebagai silent reader juga gemes tapi males ikutan komentar ahaha. ada sebuah tweet yang discreenshoot tentang ibu yang menyusui di ruang publik (kereta) tanpa ditutup, membuat seorang cowo risih. BENAR memang penyampaian si cowo tsb gak baik secara kalimat. gue rasa semua yang komentar di sana setuju kalo si cowo itu salah. 
di postingan tersebut ada 2 pendapat. yang pertama dan paling banyak tentu saja menghujat si pemilik tweet tsb, yang mana wajar lah namanya juga akun feminis.
pendapat yang ke 2, adalah menyarankan atau sekadar beropini ada baiknya menyusui di ruang publik itu ditutupi apron atau ditutupi apron.

kalo kita liat kedua pendapat ini, menurut gue mereka berdua mempunyai prinsip yang sama yaitu menghormati perilaku mulia ibu yang menyusui bayinya dan menyalahkan tweet asal ucap tsb. Tapi 2 pendapat ini melihat dari 2 sudut pandang yang keduanya memiliki niat yang baik.
tapi apa responnya?
orang-orang dengan pendapat kedua dihujat habis-habisan. "emang cowo kalo udah ga punya otak ya kaya gitu", "kaya ga pernah ngeliat ibu menyusui aja sih", "nyusuin itu bukan pornoaksi tapi ngasih makan anak", "lo belom pernah nyusuin sih jadi gak tau kalo ga semua bayi itu betah ditutupin apron", "halah dulu orang bali tuh bagian atas ga pake baju wajar-wajar aja tuh", "kenapa harus perempuan yang nutupin bayi menyusui harusnya cowo yang risih ya ga usah liat, tutup mata aja"
daaan banyaaaak hujatan lainnya.


sampai di situ gue menyayangkan... apakah definisi feminis itu satu suara, dengan kacamata kuda tanpa berpikir dari berbagai sudut pandang yang juga merupakan proses berpikir ilmiah dan kritis?

coba deh kita telusuri kenapa orang bisa berpendapat yang pertama. karena menyusui adalah perilaku mulia, bentuk cinta ibu, bentuk tanggung jawab ibu untuk memberi makan bayinya tepat waktu dan nyaman bagaimanapun caranya. ini menurut gue kenapa orang bisa berpendapat yang pertama, kalo ada alasan lain gue gak tau, ini cuma interpretasi dan persepsi gue.

kenapa ada orang-orang dengan pendapat kedua? yang menurut gue sama sekali gak salah, mereka menyampaikan dengan baik tapi dihujat abis-abisan. Karena, nilai. nilai moral, nilai sopan santun nilai budaya atau nilai agama pada mereka yang mungkin sudah tertanam bahwa ada bagian tubuh yang seharusnya tidak diperlihatkan ke publik. mereka juga (ya, termasuk gue sebenernya dalem hati) dalam salah satu komentar yang gue baca mempunyai pendapat kalau kita (perempuan) gak bisa kontrol pikiran orang lain, yang bisa kita lakukan mencegah atau berusaha dulu menghindari 'kerisihan' orang lain, ya caranya ada yang bilang pakai apron, ada yg bilang pakai botol dari ASI yang sudah dipompa dll. which is pendapat kedua ini sangat make sense.

tapi justru responnya keras dan tidak terima. bahkan ada respon yang bilang "sopan santun adalah bahasa halus untuk menjadikan tubuh wanita obyek seksual" sedih euy

haduh gusti nu agung... kudu kumaha urang teh

sebuah nilai yang berkembang itu pasti ada alasannya. Menurut gue bukan semata-mata semua yang membatasi perempuan adalah "tidak feminis". Tidak semua yang membatasi adalah "budaya patriarki". ini mungkin hal yang tidak disetujui oleh sebagian feminis. jika batasan tsb tujuannya adalah untuk kebaikan perempuan menurut gue ini adalah bentuk perlindungan, bentuk kasih sayang terhadap perempuan. again, beberapa kali gue baca, hal ini tidak diterima oleh kebanyakan feminis.

naudzubillah kalo sampai menyalahkan agama gue atas peraturan-peraturan terhadap perempuan yang berlaku dalam agama.

baiklah, manusia sangat beragam, otaknya bergam,pikirannya beragam, mustahil menyamakan seluruh pandangan, jadi ada baiknya sih saling menghormati dan menghargai perbedaan, dalam bentuk apapun. Toh toleransi bukan hanya pada agama, toleransi dalam berpendapat juga penting, skill menghadapi perbedaan juga penting.


kalo ada yang baca dan tidak setuju, mohon maaf karena gue mungkin bisa salah, mungkin kurang riset, mungkin kurang feminis dll. Jadi harap dimaklumi, gue cuma pengen berpendapat aja di 'rumah' virtual gue. sekian. terima kasih







Comments

recent posts

A New Chapter

Magical Trip to Remember (on going)